Wednesday, July 9, 2008

Teknik foto pemandangan (landscape)

Kekayaan Pemandangan Indonesia

Negeri kita, Indonesia terdiri dari ribuan pulau. Maka tak heran kalau negeri ini memiliki banyak pantai indah dengan corak beragam. Mulai dari pantai berpasir putih sampai berbatu karang yang menyeramkan. Selain keindahan pantai, keindahan daratan negeri kita pun tak kalah menarik dan beragam. Sebagian besar daratan Indonesia ditutupi pepohonan, bahkan di beberapa daerah masih berupa hutan lebat. Selebihnya, daratan negeri ini dihiasi ladang-ladang pertanian.

Banyak yang kurang menyadari kalau kita memiliki tambang emas panorama alam yang sangat indah. Tambang emas yang tidak akan pernah habis digali dan dijelajahi seumur hidup sekalipun. Baik pemandangan daratan/lanskap (landscape), pemandangan pantai dan laut (seascape), pemandangan gunung dan dataran tinggi (mountainscape), dan pemandangan bawah laut (un­derwater world). Contoh-contoh pemandangan ini bisa Anda lihat pada kartu pos bergambar pemandangan alam Indonesia yang bisa ditemui di toko-toko. Indah dan beragam sekali bukan?
Selanjutnya, yang menjadi masalah, bagaimana keindahan dan kekayaan pemandangan tersebutdapat direkam ke dalam sebuah gambaryang menawan?

Menyatu dengan Alam
Foto pemandangan yang sesungguhnya, tidak dapat dibidik dari jendela mobil yang berjalan, seperti banyak dilakukan oleh wisatawan. Karena hasilnya, hanyalah foto bidikan turis, sebuah dokumentasi perjalanan. Mengapa demikian?

Jawabannya terletak pada alam yang memiliki keindahan tersendiri. Kita harus terlibat dan berusaha merasakan suatu kesatuan di dalamnya. Tak cukup hanya memandangnya saja. Fotografer harus mengenal dan menyatu dengan subjeknya, pemandangan. la harus berada di sana. Merasakan sejuknya angin pagi hari, dinginnya malam atau berkeringat disengat teriknya matahari.
Membidik pemandangan sama seperti menyusun suatu komposisi musik. Anda harus merasakannya. Anda harus menikmatinya. Jika Anda tidak merasa hidup bersamanya, Anda tetap menjadi orang asing. Tidak mampu menghayati semangat dan kehidupan alam. Anda bisa merekam gambar alam, tetapi mati. Anda tidak mampu menghadirkan rekaman alam yang memiliki semangat hidup (spirit of nature).

Unsur-unsur Foto Pemandangan
Sebuah pemandangan memiliki berberapa unsurpenting seperti tanah (padang, gunung), air (laut, pantai, danau, aliran sungai), tumbuhan (pepohonan, rumput), dan langit (awan, cuaca). Setiap pemandangan memiliki unsur-unsur ini dalam susunan dan proporsi berbeda. Hal inilah yang memberikan ciri khas sebuah pemandangan.

Langit (dengan penampilan awan) memiliki peranan penting bagi keseluruhan gambar. Karena, langit biasanya menempati ruang gambar secara dominan. Kecerahan langit serta bentuk dan irama awan akan memberikan kesan tersendiri. Sebuah pemandangan selalu memiliki ekspresi. Bagian penting yang memberikan ekspresi adalah bentuk dan susunan awan saat itu.

Perubahan alam juga menjadi bagian ekspresi sebuah pemandangan. Gejalaalam seperti mendung, hujan, matahari terbitatau terbenam, bulan purnama, dan cahaya utara dapat membentuk ekspresi berbeda bagi sebuah pemandangan. Sama seperti perubahan roman wajah manusia.

Sudah menjadi kewajiban seorang fotografer, memilih apa yang akan ditampilkannya, yang menjadi isi fotonya. Hal ini biasanya lebih banyak bersifat subjektif. Tetapi, fotografer haruslah jujur terhadap naluri dan perasaan pribadinya. Menghormati pandangan asli, tanpa merusakatau menambahkan unsur asing. Apalagi menggunakan trik atau manipulasi berlebihan.


Pengaruh Utama: Cahaya
Ditinjau dari sisi fotografi, perbedaan besar yang kita temui dari tempat satu dengan tempat lainnya adalah keadaan cahaya. Sumber cahaya utama di alam, matahari, memiliki sifat yang sangat khusus. Berbagai hal menarik sering kita lihat. Baik itu penduduk (people), kesenian, atau panorama indah. Seringkali, kita tidak menyadari ada sesuatu yang besar di sana, yaitu cahaya.

Cahaya menerangi subjek. la memberikan pengaruh paling kuat. Sedemikian kuatnya, ia bisa mengubah segala-galanya. Bisa mendukung kita mendapatkan bentuk gambar yang luar biasa atau sebaliknya, merusak dan sangat mengganggu.

Cahaya mempengaruhi seluruh pembentukan gambar. Bukan hanya pengukuran dan keputusan pencahayaan saja, tetapi bentuk, titik pandang, komposisi, rasa kedalaman, desain dan penampilan dimensi dipengaruhinya. Cahaya jugamempunyai andil besar dalam maknadan suasanayang tampil dalam gambar. Kondisi cahaya berbeda, akan menciptakan gambar dan makna sangat berbeda, walaupun objeknya sama.

Kemampuan (Skill)
Keterampilan seorang fotografer saat membidik pemandangan, tergantung kemampuan teknis (skill') dan pengalaman pengamatan (sense) pribadinya. Saat memotret pemandangan, kita akan mengalami kesulitan bila mengandalkan trik atau berbagai teknik manipulasi. Karena, pada foto pemandangan, kita dituntutmampu merekam subjek dengan kualitas gambar sebaik-baiknya. Ini berarti, fotografer harus mampu bekerja dengan teknik kerja, peralatan dan material yang dimilikinya secermat mungkin. Semua pekerjaan harus dilakukan dengan ketelitian optimal. Setiap keteledoran, kelalaian atau ketidaktahuan akan langsung mempengaruhi pembentukan gambar.

Pencahayaan Optimal Film
Kemampuan utamayang harusdimiliki adalah memahami pencahayaan optimal terhadap film. Banyak fotografer mengabaikan hal ini. Padahal, kemampuan ini merupakan hal paling pokok dan penting dalam fotografi. Sebab, saat kita melakukan pencahayaan tei-sebut, kita mei-ekam gambar. Bagaimanapun hasil gambai- yang akan dibuat, ia akan sangat tergantung mutu perekamannya. Kualitas rekaman sangat mempengaruhi penampilan akhir gambar itu sendiri. Buruknya mutu rekaman, akan membuat keseluruhan penampilan akhir gambar itu berkualitas rendah. Dan, tidak bisa dipresentasikan ke manapun juga.

Untuk mendapatkan hasil pencahayaan optimal, fotografer harus mengerti kondisi kecerahan yang dihadapinya. Kemudiaan, baru ia bisa mempertimbangkan bagaimana dia harus memutuskan pencahayaan akhir terhadap filmnya. Oleh karena itu, ia harus mahir menggunakan alat pengukur secara optimal untuk mengetahui kondisi kecerahan yang ada.

Di alam, kondisi cahaya berubah-ubah dan kondisi keseluruhan pemotretan sulit diprakirakan terlebih dahulu. Karenanya, seringkali fotografer menghadapi banyak kesulitan jika hanya mengandalkan satu alat pengukur atau satu metode pengukuran saja. Misalnya, pengukuran rata-rata (av­erage metering} melalui pengukur cahaya kamera.

Sewaktu membidik foto pemandangan, penguasaan teknik-teknik pengukuran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki. Kondisi cahaya yang berbeda-beda terkadang juga harus dihadapi dengan teknik pengukuran berbeda. Misalnya, pengukuran cahaya rata-rata kamera hanya bisa bekerja cukup optimal pada kondisi kecerahan yang merata (misalnya cahaya depan). Jika terdapat perbedaan kecerahan dalam pandangan kamera, maka ketepatan hasil pengukurannya hampir past! tidak bisa diandalkan, atau tidak bisa dipercaya lagi. Untuk hal ini, kita harus menanganinya dengan teknik pengukuran lain.

Misalnya, pengukuran cahaya jatuh (incident light metering). Tetapi, pengukuran cahaya jatuh juga memiliki keterbatasan. Sebab, kita tidak bisa mengukur keseluruhan perbedaan kecerahan dari yang paling terang sampai pal­ing gelap atau kondisi cahaya khusus dimana terdapat perbedaan ekstrim antara area paling terang dengan yang paling gelap. Dalam keadaan ini, pengukur cahaya titik (spot metering) lebih handal dipergunakan.

Masalah selanjutnya, menggunakan alat-alat pengukur tadi saat memotret bukanlah hal yang mudah. Banyak kondisi cahaya yang sering membingungkan kita, menentukan teknik pengukuran mana yang efektif. Dengan menggunakan teknik pengukuran berbeda pada suatu kondisi cahaya, kita bisa mendapatkan nilai pencahayaan yang berbeda. Atau mungkin juga, kita tetap mendapatkan nilai pencahayaan yang sama. Meskipun, kita berhadapan dengan berbagai kecerahan yang berbeda.

Hal ini memang tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat. Hasil pengukuran dan keputusan pencahayaan yang efektif hanya bisa diperoleh dari pangalaman kerja yang teliti. Pengalamanlah yang akan mengajarkannya kepada kita. Bagaimana bekerja efektif. Bagaimana menghadapi berbagai kondisi cahaya. Bahkan, kondisi yang kurang menguntungkan.

Kepekaan Artistik
Kemampuan lain yang harus dimiliki adalah kepekaan artistik (sense of art). Kemampuan ini juga harus diasah perlahan-lahan. Kepekaan artistik juga terbentuk dalam waktu yang cukup panjang. Melalui pengalaman, fotografer akan paham bagaimana caranya memilih dan menata berbagai bentuk (objek di alam) menjadi suatu gambar yang menawan.

Bagaimana kita mengenal bentuk, ruang , dan penataannya menjadi sebuah gambar harus dipelajari juga secara bertahap. Dari hal yang paling mudah, komposisi yang kompleks, bahkan penampilan yang cenderung abstrak.
Dasar untuk mendapatkan kepekaan artisik ini adalah pengamatan.

Kita harus melatihnya agar dapat melihat suatu subjek atau bentuk dari sudut pandangan yang paling menarik. Meskipun, subjek itu dalam keadaan biasa sehari-hari. Kemahiran dan kemajuan kita atas hal ini sangat tergantung diri kita masing-masing. Karena, pemilihan subjek dan pandangan terbaik terhadapnya tergantung keputusan pribadi.
Kita sendiri yang melihat melalui kamera. Kita jugalah yang harus memutuskan apayang harus ditangkap menjadi gambar. Disamping itu, hasil yang diperoleh juga tergantung pada peralatan dan sistem kerja kita sendiri. Kita bisa menggunakan karya orang lain sebagai referensi kerja. Walaupun begitu, gambar yang terbentuk pada film kita, sekali lagi adalah pilihan dan pertimbangan pribadi.

Sistem Kamera RLT 35 mm
Peralatan pokok memotret pemandangan adalah kamera R LT (ref leks lensa tunggal)/ SLR (Single-lens Reflex) 35mm. Kamera ini dapat dikendalikan secara manual. Untuk mendapatkan hasil foto yang memuaskan dan kreatif, semua proses kerja harus dilakukan secara manual. Artinya, kita mengendalikan tahap demi tahap pembentukan gambar yang diinginkan.

Kamera yang dilengkapi pengukur cahaya titik akan banyak membantu. Dengannya, kita bisa mengukur perbedaan kecerahan pada beberapa area yang ada saat pemotretan.

Sehingga, kita bisa mengetahui, apakah seluruh kecerahan yang ada bisa terekam dengan baik dalam film atau tidak. Jika memiliki pengukur genggam titik, maka alat ini akan sangat membantu kita menghadapi keadaan cahaya yang sulit dan membutuhkan ketelitian pengukuran. Misalnya, cahaya belakang (back­lighting).

Sebenarnya, satu badan kamera saja sudah cukup. Tetapi, saya lebih suka menggunakan 2 badan kamera sewaktu bekerja. Satu sebagai kamera utama, yang lebih sering saya gunakan untuk membidik dengan film slide warna. Sedangkan kamera kedua, menggunakan film negatif warna atau film hitam putih (tergantung keperluan), sekaligus berfungsi sebagai kamera cadangan.

Memilih Lensa
Pemilihan lensa tergantung pada apa yang akan ditampilkan dalam foto. Fotografer pemandangan biasanya hanya menggunakan satu atau dua lensa kesukaannya. Mereka biasanya memiliki cara pandang tertentu, baik bentuk, ruang dan kecerahan. Dengan demikian, mereka cenderung menggunakan lensa yang sama untuk berbagai macam gambarnya.

Sebenarnya tidak ada ada aturan khusus tentang penggunaan lensa untuk membidik pemandangan alam. IMamun, umumnya fotografer lebih banyak menggunakan jenis lensa sudut lebar. Jenis lensa ini bisa menangkap pandangan lebih luas. Dampaknya, kebesaran serta keindahan alam akan lebih terasa.

Jika kita ingin berkonsentrasi pada suatu bentuk atau detail tertentu, mungkin salah satu bagian dari bentangan alamnya atau gejolaknya, maka kita bisa menggunakan lensa panjang (telephoto lens). Ada juga fotografer pemandangan yang menggunakan lensa zoom telefoto 80-200 mm sebagai lensa favoritnya.

Sewaktu memotret pemandangan, biasanya kita membutuhkan kedalaman ruang tajam yang lebih luas, atau kadang ingin menampilkan lebih banyak subjek dalam barisanatau susunan tertentu Untuk keperluan seperti ini, kita bisa menggunakan lensa sudut lebar antara 15-28 mm. Dengan pandangan seluas kira-kira 70 - 110°, maka kita bisa menangkap susunan bentuk bentangan alam yang lebih lengkap. Alhasil, kita bisa mempei-oleh keindahan alam dalam perspektif lebih lengkap.

Lensa 35 mm atau 50 mm bisa juga digunakan, terutama untuk berkonsentrasi pada subjek tertentu atau memperoleh pandangan yang lebih terbatas dari pemandangan tersebut. Saya lebih sering menggunakan lensa sudut lebar 24 mm (super wide-angle lens) sebagai lensa utama. Melalui lensa ini, saya dapat memperoleh luas pandangan memadai, dan berkonsentrasi pada keindahan panorama secara menyeluruh.

Membidik dengan lensa sudut lebar seperti ini, biasanya membutuhkan ketepatan penajaman (focusing). Karena, semua elemen-elemen gambartampil dalam skala sangat kecil. Saking kecilnya, seringkali elemen tersebut tidak begitu jelas terlihat pada jendela bidik, apakah mereka telah mencapai penajaman yang optimal atau tidak.
Lensa telefoto juga bisa memberi dampak lain terhadap pemandangan yang direkam.

Melalui lensa ini, kita bisa membatasi pandangan dan berkonsentrasi pada subjek tertentu saja. Terutama pada hal-hal yang tampil unik.

Sebaiknya, kita membatasi jumlah lensa yang dibawa. Pilihlah lensa-lensa favorit yang akan digunakan saja. Membawa bermacam-macam lensa akan menjadi beban yang berat. Dan juga, akan banyak waktu terbuang untuk memperhatikan dan menjaga semua peralatan yang dibawa. Akibatnya, konsentrasi dan perhatian kita terhadap subjek menjadi berkurang.

Sistem Kamera Sedang & Besar
Jikalau kita ingin mendapatkan kualitas lebih baik lagi, kita bisa menggunakan sistem kamera format sedang (medium format camera). Kamera jenis ini memang didesain untuk memberikan kualitas rekaman gambar yang letaih baik lagi. Format filmnya mulai dari 6 x 4,5 cm sampai 6x12 cm. Lebih besar dari format film 35 mm (24 x 36 mm) yang digunakan pada kamera RLT. Dengan ukuran film yang lebih besar ini, maka lebih banyak detil dan gradasi warna yang mampu ditangkap. Hasilnya, gambar pun mampu tampil dengan detil dan nada warna yang lebih kaya.
Demi mendapatkan kualitas puncak (ultimate quality), mau tidak mau kita harus menggunakan kamera format besar (large format cam­era). Ukuran filmnya lebih besar dari medium format, 4x5 inci (9 x 12 cm) atau 8 x 10 inci (19 x 24 cm). Dengan ukuran film lebih besar, kemampuan pengendalian ketajaman dan pengaturan perspektif yang

Pengukur cahaya Pentax Digital Spotmeter, teknik pengukuran titik.
sempurna, maka kita bisa mendapatkan gambar dengan kual itas rekaman yang luar biasa. Setiap detil dapat direkam mendekati kesempurnaan pandangan mata kita. Sehingga, pemandangan tersebut seolah-olah pindah dan ada di hadapan kita. Banyak fotografer pemandangan yang menggunakan kamera format besar.

Tripod & Filter
Kaki tiga (tripod) merupakan salah satu perlengkapan yang perlu dibawa. Penyangga kamera ini sangat diperlukan saat memotret suasana matahari terbit atau terbenam, serta berbagai keadaan alam sekitarnya. Kondisi cahaya redup saat itu menuntut kita menggunakan kecepatan rana rendah, terutama mereka yang menggunakan lensa telefoto dengan bukaan diafragma terbatas.

Filter juga sering menjadi perlengkapan yang berguna untuk memotret pemandangan. Yang paling utama, filter polarizing, berfungsi untuk mengurangi berbagai refleksi cahaya yang tidak diinginkan. Sehingga, kita bisa memperoleh foto dengan warna-warna lebih jernih dan lebih jenuh. Seperti, memperbaiki tampilan langit menjadi lebih biru atau tampilan air yang lebih jernih di pantai.

Filter lain yang juga berguna adalah filter gradasi (graduated fil­ters). Filter ini dapat menurunkan tingkat kecerahan langit, sehingga bisa direkam film secara baik. Hanya, kita harus berhati-hati memilih dan menggunakan gradasi warna. Supaya, tampilan gambar tidak menjadi aneh.

Film ISO Rendah Lebih Baik
Film warna yang tersedia di pasaran adalah film cahaya siang (day­light), yang memang sesuai untuk pemotretan dengan cahaya matahari. Memang, cahaya matahari yang ada sepanjang hari berubah-ubah akibat perbedaan cuaca. Akibatnya, terjadi sedikit penyimpangan warna pada hasil foto. Tetapi, penyimpangan nada warna ini hanya sedikit sekali, sehingga bisa dikoreksi saatfotonya dicetak. Karena itu, terjadinya sedikit penyimpangan ini seringkali tidak menganggu keindahan fotonya. Bahkan, seringkali fotografer menggunakan karakter cahaya yang ada, meskipun keseimbangannya menyimpang, menjadi faktor yang tnemperkuat suasana serta menjadi ciri khas penampilan gambarnya.

Karena kita lebih sering memotret pemandangan dalam keadaan cahaya alam yang lemah pada pagi atau sore hari, maka lebih menguntungkan jika kita menggunakan film ISO tinggi. Masalahnya, makin tinggi ISO film, makin besar butiran emulsinya. Akibatnya, gambarnya pun semakin kasar. Dalam foto pemandangan, kita membutuhkan rekaman detail kecil secara sempurna. Maka, kekasaran butiran film akan merusak keindahan gambar secara keseluruhan. Penyebabnya, tekstur butiran kadang-kadang tampil lebih kuat dan mengurangi ketajaman gambar.

Karena kita membutuhkan rekaman detail sangat akurat, maka penggunaan film dengan kecepatan (ISO) lebih rendah akan lebih baik demi tampilan gambarnya. Tetapi, film dengan kecepatan rendah (ISO 100 atau lebih rendah) seperti ini membutuhkan cahaya alam yang cukup cerah. Hal ini mungkin menjadi sulit jika kita memotret pada pagi atau sore hari. Sebab, cahaya alam yang ada saat itu terbatas kecerahannya. Kita membutuhkan berbagai peralatan tambahan lain, terutama kaki tiga untuk merekam alam dengan kecepatan rana rendah atau bahkan sangat lambat.

Warna atau Hitam Putih?
Kita bisa menggunakan film apa saja. Film hitam putih dapat menghantarkan karakter alam secara baik. Ini disebabkan, kekuatan tampilan bentuk dan gradasi nada hitam-putih tidak dipengaruhi oleh berbagai warna. Namun, untuk tampilan terbaik, kita harus memahami pemindahan berbagai warna menjadi gradasi hitam-putih lalu menyusunnya dengan serasi.

Menggunakan film warna juga menguntungkan.
Dengannya, kita mampu merekam warna-warna alam yang menarik. Umumnya film ISO 100 merupakan film negatif warna favorit, bahkan dapat dikatakan sebagai fi Im standar memotret pemandangan alam dan berbagai subjek lainnya. Dengan film ISO 100, umumnya kita bisa memperoleh kecepatan rana cukup tinggi, 1/60 detik bahkan sampai 1/500 detik pada bukaan f/5,6 dalam kecerahan cahaya matahari pagi atau sore hari.
Tetapi, jangan takut menggunakan kecepatan yang lebih rendah lagi, jika cahaya alam yang ada memang sangat lemah. Untuk film slide warna, saya lebih suka menggunakan film ISO 100 atau 50. Film dengan peringkat ISO seperti ini mampu memberikan kehalusan gambar yang optimal. Walaupun, kita akan menghadapi banyak sekali kesulitan dengan film ini karena kecepatan rana yang dapat digunakan sangat terbatas. Kecuali, jika cahaya matahari yang ada sangat cerah.

Kita akan sulit mengharapkan foto pemandangan yang bagus hanya dengan mengandalkan kemampuan dasar memotret. Apalagi dengan menggunakan peralatan seadanya. Kondisi alam pun sulit diduga dan dimengerti. Ini berarti diperlukan kemampuan teknis, pengalaman cukup banyak, dan peralatan kerja memadai untuk menghadapi berbagai tantangan ini. Negeri kita ini kaya dengan pemandangan alam, tetapi menambangnya perlu usaha dan kerja keras. Tetapi percayalah, tidak ada usaha yang sia-sia.
Publikasi : Majalah fotomedia
Penulis : Makarios soekojo

Tuesday, May 20, 2008

Mari Merawat Kamera

Dengan sering membersihkan kamera, berarti kita memperpanjang umurnya.Buat kamera SLR (Single Lens Reflect), kotoran yang tidak terlihat oleh mata ternyata lebih jahat, daripada kotoran yang keliatan.

Karena tanpa diketahui bisa mengurangi kinerja kamera dan merusaknya lebih cepat. Biar kamera bisa berumur panjang, selalu sediakan waktu untuk membersihkannya. Dan untuk melakukannya, proses pembersihan kamera harus dipisah menjadi 2 bagian. Yaitu bagian bodi kamera dan bagian lensa kamera. Agar memudahkan pengerjaannya.

  1. Alat Yang Dipakai :
    Lap untuk lensa atau lap kacamata
    Tisu lensa
    Cairan pembersih lensa
    Blower atau alat tiup
    Kuas atau brush
  2. Bodi Kamera
    Pertama-tama lap permukaan bodi kamera yang mudah dijangkau. Menggunakan kain khusus pembersih lensa atau lap kacamata. Karena sehabis pemakaian, keringat tangan pasti menempel di bodi. Dan itu bisa menimbulkan korosi (bagi bodi kamera yang berbahan besi) jika tidak dibersihkan.
    Biasanya ada sudut-sudut bodi yang susah dijangkau oleh kain lap. Dan sering kali debu suka mampir dicelah kecil itu. Untuk itu pergunakan blower dan kuas. Karena udara dari blower bisa mengeluarkan debu. Baru deh finishing touch dengan menyapu debu-debu sisa dengan kuas. Bersihkan mounting yang ada di bodi kamera dengan lap. Jika ternyata masih kurang bersih. Boleh menggunakan blower sebagai pembersihnya. kemudian buka tempat menyimpan film. bersihkan dengan blower. Hati-hati, pada bagian ini jangan memakai kain lap. Karena terdapat tirai shutter yang sangat sensitif. Dan untuk bagian pinggirnya bersihkan dengan kuas.
  3. Lensa Kamera
    Untuk awal, sikat bersih sela-sela ring diafragma dan ring fokus memakai brush. kemudian bersihkan sisa debunya menggunakan blower, dan lanjutkan dengan membersihkan bagian lensa. Jika keliatan ada titik debu bisa dihilangkan memakai blower. Misalkan ada sidik jari yang nempel, jangan khawatir, sediakan kain lap bersih yang memiliki kontur yang lembut. Kemudian dilap memutar satu arah secara perlahan.
    Untuk filter kamera cukup menggunakan tisu dan cairan pembersih kamera. ambil tisu lensa. setelah itu teteskan sedikit cairan pembersih lensa. Caranya dimulai dari mengelap tengah lensa kemudian memutar hingga pinggir lensa. Di bagian ini anda harus hati-hati ! jangan mengelapnya terlalu keras, karena mengakibatkan filter kamera bisa baret.
    Yang terakhir bersihkan mounting lensa memakai tisu atau lap. Bersihkan hingga tidak ada debu yang terlihat. Oiya Jika setelah berfoto-foto di pantai sangat disarankan untuk secepatnya membersihkan kamera. Karena kadar angin pantai berbeda dengan di kota. Udara pantai memiliki kadar garam yang sangat tinggi, yang dapat menyebabkan kamera cepat berkarat.
  4. Biar Kamera Nggak Jamuran
    Taruh kamera di bok plastik kedap suara. Tambahkan juga didalamnya silica gel. Agar jamur tidak berkembang. Jauhkan dari kapur barus dan jangan disimpan didalam lemari.
    Usahakan disimpan di tempat terbuka agar tidak cepat lembab.
    untuk kamera yang akan disimpan lama, keluarkan kamera dari boks sekali seminggu. sekitar 1 jam untuk dicek kinerja kamera apakah masih berfungsi dengan benar. Juga memberikan udara segar bagi si kamera.

Tips Pengambilan Foto Kembang Api

Dasar-dasar untuk foto yang sukses

Karena event ini hanya berlangsung kira-kira setengah jam, maka tidak bisa setengah-setengah, menikmati kembang api atau mengabadikannya?, haruslah dipilih salah satu saja.
  1. Gunakan stativ/tripod atau tempatkan kamera pada tempat yang benar-benar stabilApabila di kamera Anda tersedia fitur Semiautomatic, maka pilihlah Exposure "Aperture priority". Dengan mode ini Anda dapat memilih terlebih dahulu bukaan lensa (Aperture), sedangkan waktu bukaannya akan disesuaikan otomatis oleh kamera. Pilihlah bukaan antara 8-11 agar gambarnya cukup tajam.Sebagai alternatif, waktu bukaan juga bisa diset secara manual menjadi lebih lama dengan menu Bulb exposure. Waktu ini juga dapat divariasikan, cobalah mulai 1 detik sampai 30 detik, hasilnya akan sangat berbeda.
  2. Tidak ada waktu yang paling tepat Sulitnya mengambil foto kembang api adalah karena kita tidak bisa tahu kapan waktu yang paling tepat (kapan kembang apinya mekar di udara). Hal ini tentu saja tergantung dari kapan tombol shutter ditekan, oleh karena itu sangatlah dianjurkan untuk mengambil gambar berulang-ulang. Saat ini sangat tepat untuk menggunakan fitur Continuous atau Multi-Shot.
  3. Jangan menyerah Apabila kamera Anda tidak mempunyai program semiautomatis atau manual, janganlah putus asa. Gambar kembang api yang cantik juga dapat diperoleh dengan kamera yang full automatik. Yang paling penting adalah jangan menggunakan Blitz (jangan lupa stativ atau tempat yang sangat stabil)
  4. Tempat yang tepat Rencanakan tempat dimana akan mengambil foto. Tempat yang agak tinggi lebih diutamakan. Di dalam kota, carilah tempat seperti tower/Aussichsturm (menara dimana kita bisa melihat pemandangan), teras atap di atas sebuah gedung tinggi atau di jembatan. Dari sana tidak hanya ledakan cahaya kembang api yang akan terlihat, tapi bangunan-bangunan dalam kota akan ikut terintegrasi. Di luar kota, tentu saja tempat yang tinggi akan sangat bagus, contohnya untuk menggabungkan pemandangan. Selain itu cahaya dari sekitar juga sangat sedikit dibandingkan kembang api, sehingga kontras antara kembang api dan langit malam akan lebih terlihat, warna-warna menjadi lebih berkilau dan kilatan cahaya menjadi lebih jelas terlihat.
  5. Gangguan pada pixel Pada pengambilan gambar dengan situasi cahaya yang gelap, seperti kembang api, sering terjadi kerusakan pada gambar yang dinamakan Image Noise: Pada bagian gambar yang gelap menyusup diantara dua pixel gelap, titik-titik terang/putih. Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan sensitivitas(ISO) yang rendah, di bawah ISO 400. Lebih baik lagi bila menggunakan bukaan lensa besar dengan waktu bukaan yang juga panjang. Karena efek noise ini juga diperkuatkan oleh panas, penting juga untuk mematikan kamera sesekali.

Tips Memperoleh Foto Bagus dengan Digicam

1. Jangan lupa pencet separuh

Untuk menajamkan foto agar tidak buram, kita harus memfokuskan foto dengan cara menekan separuh tombol pelepas rana yang biasanya ditandai dengan bunyi atau nyala dalam kotak LCD. Nah kalau sudah terkunci langsung jangan lepas telunjuk dari tombol pelepas rana tapi langsung menekan tombol pelepas rananya sampai gambar terambil.

2. Hindari getaran pada tangan

Pada saat memotret, usahakan tangan jangan sampai bergetar (menahan napas sebentar mungkin menjadi solusi) tapi ada solusi lain yaitu menggunakan ISO yang tinggi terutama pada cahaya kurang memungkinkan kalau belum terbantu juga kita dapat menggunakan solusi lain yaitu menggunakan tripod.

3. Cegah mata merah

Pakai lampu kilat kok masih jelek gambarnya??? Apalagi kalau memotret orang kok matanya merah-merah begitu???
Lampu kilat sering dipakai untuk memotret pada keadaan gelap, namun ketika memotret orang maka pupil mata kita terbuka lebar sehingga pada saat lampu kilat menyambar pupil mata belum sempat mengecil dan itu dipantulkan lagi oleh pembuluh darah di mata, pembuluh darah itulah yang menyebabkan mata menjadi merah ketika difoto.
Untuk mencegah itu terjadi biasanya dalam sebuah kamera digital terdapat fitur red-eyes reduction yang biasanya disatukan dengan penggunaan lampu kilat dan ditandai dengan icon mata.

4. Pemandangan bagus muka orang gelap???

Ada 2 cara mengatasi masalah ini, pertama dengan menggunakan lampu kilat. Tapi mesti diingat sebelum memotret dengan lampu kilat pastikan kamera mengukur cahaya dibelakang ojek. Tandanya di LCD muka orang tampak gelap. Yang kedua dengan exposure compensation, biasanya fitur ini akan menerangkan atau menggelapkan cahaya.

5. Warna yang ngaco

Untuk mengatasi masalah ini, gunakan fitur pengaturan White balance untuk pemilihan mode pengambilan gambar apakah pada saat mendung, terang dan gelap.

6. Hindari pembesaran Digital Zoom

Dua perbedaan antara kamera amatir dan kamera semi-profesional, yaitu adanya perbesaran optic dan digital. Nah apa bedanya?
Kalau perbesaran optic mengandalkan kemampuan kamera (menonjolkan kamera untuk menmotret gambar yang jauh) sedangkan perbesaran digital mengandalkan perbesaran peranti lunak dikamera. (seolah-olah gambar maju mendekati objek tapi dengan kualitas yang jelek).

7. Resolusi diturunkan tapi kualitas jangan

Resolusi dan kualitas berhubungan dalam kamera digital dan memori. Kalau memori kita kecil dan ingin menghasilkan gambar yang bagus dengan kualitas yang bagus. Sebagi contoh kita mempunyai kamera dengan resolusi 3 MP. Karena ukuran gambar untuk resolusi 3MP cukup besar maka kita dapat menurunkan resolusinya menjadi 2 Mp atau 1.3 Mp dengan kualitas yang sama.

Thursday, August 30, 2007

Kamera Pocket untuk Memotret Makro

Berikut akan saya coba berikan satu trik untuk satu tingkat memaksimalkan penggunaan pocket camera lebih khusus dalam sesi pemotretan jarak dekat (makro/mikro).

Trik ini tidak harus meng-"hack" maupun men-disfigure salah satu peralatan yang ada di dalam kamera, seperti yang biasa dilakukan untuk kamera kelas SLR. (caranya memalfungsikan salah satu peralatan /salah satu jeroan kamera biasanya dilakukan oleh yang ahlinya contohnya untuk memaksimalkan sesi pemotretan IR (InfraRed), mereka melepas IR blocking filter di kameranya dan menggantinya dengan IR pass filter.
Namun itu semua tentu ada konsekuensinya yaitu: kamera tersebut tidak bisa lagi digunakan untuk potografi konvensional.
..
Untuk memaksimalkan pengambilan gambar makro (bahkan lebih bagus lagi misalnya sampai serat kainpun terlihat jelas sekali), maka untuk jenis pocket (eksperimen saya menggunakan merk Orite 3 Mpix) dibutuhkan sebuah alat bantu.



Nah alat bantu ini biasanya banyak didapatkan di tempat2 service mesin fotocopy, atau bahkan penjualan barbek (barang bekas) khusus foto copy. Saya sendiri nggak tahu pasti dibagian mana sebenarnya alat ini menempel di mesin fotocopy.
Namun menurut perkiraan saya, ini adalah sebagai alat untuk membesarkan hasil fotocopy dan letaknya tepat dibawah kaca untuk meletakkan dokumen.
Kalau melihat bentuknya, mungkin saja rekan2 bisa membuatnya sendiri atau dengan alat lain yang kurang lebih fisiknya seperti yang saya pakai eksperimen. Selongsong yang ujungnya ada kaca cembung ini terbuat dari sejenis plastik tahan panas.

Kelemahan dari trik ini ialah tidak bisa mengambil gambar utuh untuk ukuran besar tertentu (mungkin kalau lensanya besar bisa kali ya,,,,).
Namun sebaliknya "sangat bisa" untuk mengambil detail objek atau binatang kecil misalnya : serangga, lalat, nyamuk dan yang super kecil . (hampir mirip lihat object dengan mikroskop kali ya..... :) )

caranya : Mudah sekali,,,
1. Set kamera ke makro, ( atau kalau mau eksperimen, ga makro juga ga apa... ) dan Letakkan alat tersebut menempel menutupi lensa . (bagian lensa di alat tersebut ada dibagian luar !)



2. Kalau ga mau repot, alat tersebut rekatkan saja dengan selotip jadi lebih leluasa mengambil object. (beberapa foto disini saya ambil dengan cara saya pegang :) soalnya lebih mudah untuk mengikuti objek dan kalau cahaya membias ke dalam alat ini lebih mudah menggesernya.
Walaupun pada akhirnya kalau hasil foto terkena bias sinar saya lakukan crop. Toh yang penting POI and detail object-nya kena.

3. Lihat objek di LCD, (seperti biasa shutter ditekan setengah kan..) sampai mendapatkan objek yang diinginkan atau sampai terlihat yang paling fokus dan detail yang diinginkan, lalu......jret!! selesai...
Ehh..lebih baik kalau pake pocket,,suara peniru bunyi jepretan di nonaktifkan aja....(selain terasa aneh juga bisa hemat battery kalau di nonfungsikan/walaupun dikit kan lumayan. Belum lagi kalau objeknya kabur gara2 dengar bunyi aneh....ya kan..)
Karena pakai bantuan lensa (konvensional! :)), maka yang aktif ialah kita sendiri yang me-maju mundurkan kamera. (kalau pakai zoom kayaknya malah bikin ribet deh ngatur fokusnya, lebih baik deketin objek langsung aja.)
Agak susah dikitlah.... soalnya kan ga pakai tripod. Kalau mo pakai tripod jangan lupa shoot-nya pakai timer ya, biar gambarnya ga meleleh-leleh.... :)

4. Khusus moto lalat, dan sebangsanya yang terkenal liar , biasanya saya "siksa" dulu biar agak teler. Kan lebih mudah motonya ...:).....................jangan ditiru ya....dosa..
kalau pas baik hati ya....terpaksa mengendap-endap lalu pelan2 deketin objek (biasanya untuk serangga terbang yang kurus, agak transparan, dan kecil..., juga jarang ketemu kalau pas dicari :).

5.Bantuan Pencahayaan : mutlak!,
Bisa pakai bantuan kreasi yang ada di artikel lain (lampu makro) .pakai lampu led bright white (putih), atau sinar matahari langsung. Saya lebih suka dengan bantuan cahaya matahari pagi.

6.Ga perlu lensa tele,,,,,,belakangnya udah blur sendiri :) :) asyik kan..

7.Mungkin ini yang terakhir, pas motret, lihat objeknya jangan pakai viewfinder!!! nanti pusing toejoeh keliling,, soalnya bisa ga sampai 1 cm loh kadang2 jarak objek dg lensa.
Jadi untuk kebaikan bersama, pakailah selalu LCD monitor untuk foto makro anda...tentunya kalau pakai bantuan barbek...:) :)
Hidup pocket kamera!!!!
tapi aku mulai suka SLR ding...! :)

hasil photonya contohnya begini : (seperti foto sblmnya,: tanpa oldig sama sekali)




Wednesday, August 1, 2007

Tips Foto Pernikahan



Mengabadikan saat-saat penuh bahagia di hari pernikahan pastilah menjadi bagian tak terpisah dari rangkaian acara di hari istimewa Anda. Setiap momen penuh arti diabadikan dalam bentuk video maupun foto. Jika Anda memutuskan untuk menggunakan jasa fotografi sebagai salah satu media mengabadikan kebahagian, berikut adalah tips yang mudah-mudahan bisa menjadi pengetahuan tambahan mengenai fotografi bagi Anda.

1. Paket dengan harga mahal bukan jaminan bahwa Anda akan mendapat kualitas baik. Kualitas karya fotografi tidak melulu dikaitkan dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan, kok. Jika Anda bijak memilih, syukur-syukur kalau Anda juga mengetahui setidaknya sedikit hal dasar mengenai fotografi Anda akan lebih jeli mencari studio atau fotografer yang tidak membuat budget pernikahan Anda di luar batas.

2. Paket yang murah. Hei, seorang teman yang menyukai fotografi mengatakan bahwa fotografi bukan produk generik. Jadi Anda jangan langsung memilih produk dengan harga sangat murah dan di bawah rata-rata tanpa mempedulikan kualitasnya. Adalah benar bahwa yang mahal belum tentu menawarkan kualitas terbaik, namun jangan jadi langsung asal pilih yang paling murah. Perhatikan betul kualitasnya jika harga yang ditawarkan ternyata di bawah rata-rata.

3. Foto Studio. Jika Anda memilih untuk berfoto di studio foto yang memiliki lebih dari satu fotografer, pastikan Anda mengetahui benar hasil karyanya. Anda dapat memilih dan menentukan fotografer mana yang ingin Anda ajak bekerja sama. Sebelum hari pemotretan tiba, sempatkan bertemu dulu dengan sang fotografer. Foto Anda selain akan menjadi bagian dari dokumentasi juga akan menjadi karya seni, karenanya chemistry dan kesepahaman antara Anda, pasangan, dan sang fotografer harus dibangun dulu sebelum pemotretan dilakukan. Ini juga berguna untuk mengetahui gaya yang sesuai untuk Anda dan pasangan.

4. Hitam & Putih. Jika foto hitam putih menjadi pilihan Anda, tips berikut ini perlu Anda simak. Pastikan bahwa sang fotografer akan menangani langsung foto Anda tersebut. Hampir tak mungkin mendapatkan hasil cetak foto hitam putih yang berkualitas kecuali sang fotografer menanganinya sendiri. Dengan teknologi digital yang sekarang banyak diterapkan dalam dunia fotografi, pastikan juga bahwa Anda menyetujui rentang warna pada foto Anda. Detail pada area yang paling ingin ditonjolkan, dan shadow pada latar belakang sangat perlu diperhatikan dengan detail sebelum Anda menyetujui untuk mencetak foto tersebut.

5. Pencahayaan. "Payung" dan kotak-kotak yang terdapat di studio dimanfaatkan untuk membuat pencahayaan yang lebih lembut. Untuk itu Anda harus menyimak betul penampilan Anda sebelum dipotret. Perhatikan apakah gradasi putih gaun pengantin Anda akan terlihat cukup tajam nantinya, untuk ini yang mesti Anda lakukan adalah bercermin pada kaca tiga dimensi, tidak hanya pada cermin datar yang biasa Anda lakukan.

6. Negatif foto. Sehalus mungkin tolak "ajakan" fotografer yang menawarkan negatif foto sebagai bonus saja. Jika Anda ingin memperbesar ukuran foto dari format medium menjadi ukuran kanvas lukisan, misalnya, pastikan juga Anda mencetak negatif foto di studio profesional. Perlu kesabaran tentu saja, dan juga biaya lebih, namun hal itu cukup berharga, kok untuk mengenang hari bahagia Anda.

7. Kontrak. Jika Anda membuat perjanjian mengenai foto, misalnya jumlah foto yang akan Anda terima, apakah Anda juga akan mendapatkan foto Anda dalam bentuk CD atau tidak, jangan hanya menaruh kepercayaan pada ucapan saja. Pastikan bahwa Anda dan pasngan membuat perjanjian tertulis dengan studio atau fotografer perorangan yang akan mengabadikan kenangan Anda dan pasangan. Bentuk perjanjian tertulis paling sederhana adalah bukti pembayaran dengan rincian produk dan layanan yang akan Anda terima sebagai konsumen mereka.

8. Saran terakhir, sebaiknya, sih Anda lebih memilih fotografer penuh waktu. Bukan berarti fotografer paruh waktu tidak berkualitas, bukan sama sekali. Hanya saja ada kecenderungan orang yang mengabdikan diri dengan total dalam pekerjaannya menghasilkan karya yang lebih baik. Kecuali jika Anda yakin bahwa fotografer paruh waktu yang Anda inginkan memang berkualitas.

Kini, siapkan diri Anda dan pasangan, dan abadikanlah pernikahan Anda!

Tele-Converter dan Wide-Angle-Converter untuk Kamera Digital

(Tele-Converter) sehinnga mungkin menmfoto dari jarak yang sangat jauh.


Masa sekarang sangat banyak yang memakai Digital Kamera atau dari analog ke Digital Kamera. Digital kamera mempunyai banyak kelebihan seperti foto hasilnya bisa langsung dilihat di computer, kecil dan praktis, tidak usah membeli film, dan masih banyak lagi.
Banyak semi profi atau hanya hobby fotografer yang merasa kekurangan dari digital kamera.

Jika ingin memfoto jarak jauh atau memfoto pemandangan, merasa para fotografer suatu kekurangan dari All in One Digital Kamera, yaitu Objektiv yang tidak bisa ganti, biasanya sekitar dari 35mm - 100mm. Oleh karena itu muncul Converter untuk digital kamera. Sebuah Converter memungkin Objektiv dari digital kamera diperkecil (Wide-Angled- Converter) sehingga bisa mengambil gambar yang lebih lebar daripada tanpa converter atau dengan Objektiv dari kamera diperbesar (Tele-Converter) sehinnga mungkin menmfoto dari jarak yang sangat jauh.

Timbul pertanyaan, apakah bagus dengan tambahan Converter, bagaimana dengan warna dan kualitas dari fotonya. Beberapa minggu yang lalu saya mempunyai pertanyaan yang sama juga. Saya mencoba bertanya di forum dari fn, mencari-cari artikel di internet, membaca majalah-majalah foto untuk mencari jawabannya.

Setelah saya mengumpulkan informasi-informasi yang saya perlukan, saya pergi ketoko-toko foto untuk mencoba beberapa Converter. Saya bisa membawa beberapa converter kerumah untuk lebih jelas dicoba pada digital kamera saya. Dan dengan pengalaman ini, saya mencoba menulis artikel untuk menbagi pengalaman saya dengan teman - teman lain di fn.

Tentang Converter
Seperti yang saya jelaskan pada kata pembuka, ada 2 jenis Converter untuk digital Kamera:

 Wide-Angle-Converter : digunakan untuk menghasilkan foto yang lebih lebar. Dipasaran tersedia untuk converter jenis ini, converter dengan faktor pembesar 0,25 sampai 0,7. Dengan Faktor ini meningkat kemampuan digital kamera dalam bidang wide-angled sampai 9mm.

 Tele-Coverter: digunakan untuk mengambil foto dari jarak yang jauh.Dipasaran tersedia untuk converter jenis ini, converter dengan factor pembersar 1,4 sampai 2.0. Dengan Faktor ini meningkat kemampuan digital kamera dalam bidang telefoto sampai 500mm.

Untuk memakai Converter ini harus sebuah digital kamera yang mempunyai sambungan yang memungkinan penambahan alat tambahan pada objektivnya. Pada umumnya pembuat digital kamera menawarkan Converter untuk produktnya, seperti Fuji, Canon, Sony, Olympus, atau Nikon, tapi untuk haraga yang sangat mahal. Dipasaran banyak perusahaan lain yang membuat Converter untuk digital Kamera, seperti Soligor, Digital Optics, Hama, Kenko, dan lain lain, perusahaan-perusahaan ini menawarkan alternativ yang lebih murah untuk Converter. Converter ini bisa dipasang langsung ke objektiv digital kamera jika sambungannya pas, atau menggunakan adapter yang banyak dijual dipasaran atau ikut dikirimkan bersama converter.

Hasil Test

Untuk test saya memakai Digital Kamera Fuji S304 dan beberapa Converter dari berbagai perusahaan. Banyak perbedaan hasil dari setiap Converter, ada yang menurunkan kualitas gambar, ada yang mempucat warna, ada yang menimbulkan bayangan. Dari semua Test dan hasil yang saya coba, ada beberapa Converter yang menghasilkan foto yang setidaknya bagus contohnya dari perusahaan Soligor. Saya mengambil kesimpulan dari Test ini, biasayan pada bagian Wide-Angle –Converter Faktor pembesar dibawah 0,66 sangat tidak dianjurkan, sampai faktor 0,66 gambar yang dihasilkan oleh semua converter masih bagus tapi dibawah faktor ini rata-rata ada perubahan kualitas atau bayangan dari foto yang dibuat. Untuk Tele dianjurkan tidak lebih dari Faktor 1,5, karena diatas itu biasanya tidak bisa digunakan, buram, atau warnanya benar benar berubah.

Tapi test ini hanya menggunakan satu model kamera, jadi untuk kamera yang lain, atau Converter dari perusahaan lain, saya anjurkan anda mencoba dulu di toko foto. Cobalah ditempat penjual mengambil beberapa foto dari maximal factor sampai minimal faktor, lalu bandingkan satu sama lain danbandingan dengan hasil tanpa Converter.