Wednesday, July 9, 2008

Teknik foto pemandangan (landscape)

Kekayaan Pemandangan Indonesia

Negeri kita, Indonesia terdiri dari ribuan pulau. Maka tak heran kalau negeri ini memiliki banyak pantai indah dengan corak beragam. Mulai dari pantai berpasir putih sampai berbatu karang yang menyeramkan. Selain keindahan pantai, keindahan daratan negeri kita pun tak kalah menarik dan beragam. Sebagian besar daratan Indonesia ditutupi pepohonan, bahkan di beberapa daerah masih berupa hutan lebat. Selebihnya, daratan negeri ini dihiasi ladang-ladang pertanian.

Banyak yang kurang menyadari kalau kita memiliki tambang emas panorama alam yang sangat indah. Tambang emas yang tidak akan pernah habis digali dan dijelajahi seumur hidup sekalipun. Baik pemandangan daratan/lanskap (landscape), pemandangan pantai dan laut (seascape), pemandangan gunung dan dataran tinggi (mountainscape), dan pemandangan bawah laut (un­derwater world). Contoh-contoh pemandangan ini bisa Anda lihat pada kartu pos bergambar pemandangan alam Indonesia yang bisa ditemui di toko-toko. Indah dan beragam sekali bukan?
Selanjutnya, yang menjadi masalah, bagaimana keindahan dan kekayaan pemandangan tersebutdapat direkam ke dalam sebuah gambaryang menawan?

Menyatu dengan Alam
Foto pemandangan yang sesungguhnya, tidak dapat dibidik dari jendela mobil yang berjalan, seperti banyak dilakukan oleh wisatawan. Karena hasilnya, hanyalah foto bidikan turis, sebuah dokumentasi perjalanan. Mengapa demikian?

Jawabannya terletak pada alam yang memiliki keindahan tersendiri. Kita harus terlibat dan berusaha merasakan suatu kesatuan di dalamnya. Tak cukup hanya memandangnya saja. Fotografer harus mengenal dan menyatu dengan subjeknya, pemandangan. la harus berada di sana. Merasakan sejuknya angin pagi hari, dinginnya malam atau berkeringat disengat teriknya matahari.
Membidik pemandangan sama seperti menyusun suatu komposisi musik. Anda harus merasakannya. Anda harus menikmatinya. Jika Anda tidak merasa hidup bersamanya, Anda tetap menjadi orang asing. Tidak mampu menghayati semangat dan kehidupan alam. Anda bisa merekam gambar alam, tetapi mati. Anda tidak mampu menghadirkan rekaman alam yang memiliki semangat hidup (spirit of nature).

Unsur-unsur Foto Pemandangan
Sebuah pemandangan memiliki berberapa unsurpenting seperti tanah (padang, gunung), air (laut, pantai, danau, aliran sungai), tumbuhan (pepohonan, rumput), dan langit (awan, cuaca). Setiap pemandangan memiliki unsur-unsur ini dalam susunan dan proporsi berbeda. Hal inilah yang memberikan ciri khas sebuah pemandangan.

Langit (dengan penampilan awan) memiliki peranan penting bagi keseluruhan gambar. Karena, langit biasanya menempati ruang gambar secara dominan. Kecerahan langit serta bentuk dan irama awan akan memberikan kesan tersendiri. Sebuah pemandangan selalu memiliki ekspresi. Bagian penting yang memberikan ekspresi adalah bentuk dan susunan awan saat itu.

Perubahan alam juga menjadi bagian ekspresi sebuah pemandangan. Gejalaalam seperti mendung, hujan, matahari terbitatau terbenam, bulan purnama, dan cahaya utara dapat membentuk ekspresi berbeda bagi sebuah pemandangan. Sama seperti perubahan roman wajah manusia.

Sudah menjadi kewajiban seorang fotografer, memilih apa yang akan ditampilkannya, yang menjadi isi fotonya. Hal ini biasanya lebih banyak bersifat subjektif. Tetapi, fotografer haruslah jujur terhadap naluri dan perasaan pribadinya. Menghormati pandangan asli, tanpa merusakatau menambahkan unsur asing. Apalagi menggunakan trik atau manipulasi berlebihan.


Pengaruh Utama: Cahaya
Ditinjau dari sisi fotografi, perbedaan besar yang kita temui dari tempat satu dengan tempat lainnya adalah keadaan cahaya. Sumber cahaya utama di alam, matahari, memiliki sifat yang sangat khusus. Berbagai hal menarik sering kita lihat. Baik itu penduduk (people), kesenian, atau panorama indah. Seringkali, kita tidak menyadari ada sesuatu yang besar di sana, yaitu cahaya.

Cahaya menerangi subjek. la memberikan pengaruh paling kuat. Sedemikian kuatnya, ia bisa mengubah segala-galanya. Bisa mendukung kita mendapatkan bentuk gambar yang luar biasa atau sebaliknya, merusak dan sangat mengganggu.

Cahaya mempengaruhi seluruh pembentukan gambar. Bukan hanya pengukuran dan keputusan pencahayaan saja, tetapi bentuk, titik pandang, komposisi, rasa kedalaman, desain dan penampilan dimensi dipengaruhinya. Cahaya jugamempunyai andil besar dalam maknadan suasanayang tampil dalam gambar. Kondisi cahaya berbeda, akan menciptakan gambar dan makna sangat berbeda, walaupun objeknya sama.

Kemampuan (Skill)
Keterampilan seorang fotografer saat membidik pemandangan, tergantung kemampuan teknis (skill') dan pengalaman pengamatan (sense) pribadinya. Saat memotret pemandangan, kita akan mengalami kesulitan bila mengandalkan trik atau berbagai teknik manipulasi. Karena, pada foto pemandangan, kita dituntutmampu merekam subjek dengan kualitas gambar sebaik-baiknya. Ini berarti, fotografer harus mampu bekerja dengan teknik kerja, peralatan dan material yang dimilikinya secermat mungkin. Semua pekerjaan harus dilakukan dengan ketelitian optimal. Setiap keteledoran, kelalaian atau ketidaktahuan akan langsung mempengaruhi pembentukan gambar.

Pencahayaan Optimal Film
Kemampuan utamayang harusdimiliki adalah memahami pencahayaan optimal terhadap film. Banyak fotografer mengabaikan hal ini. Padahal, kemampuan ini merupakan hal paling pokok dan penting dalam fotografi. Sebab, saat kita melakukan pencahayaan tei-sebut, kita mei-ekam gambar. Bagaimanapun hasil gambai- yang akan dibuat, ia akan sangat tergantung mutu perekamannya. Kualitas rekaman sangat mempengaruhi penampilan akhir gambar itu sendiri. Buruknya mutu rekaman, akan membuat keseluruhan penampilan akhir gambar itu berkualitas rendah. Dan, tidak bisa dipresentasikan ke manapun juga.

Untuk mendapatkan hasil pencahayaan optimal, fotografer harus mengerti kondisi kecerahan yang dihadapinya. Kemudiaan, baru ia bisa mempertimbangkan bagaimana dia harus memutuskan pencahayaan akhir terhadap filmnya. Oleh karena itu, ia harus mahir menggunakan alat pengukur secara optimal untuk mengetahui kondisi kecerahan yang ada.

Di alam, kondisi cahaya berubah-ubah dan kondisi keseluruhan pemotretan sulit diprakirakan terlebih dahulu. Karenanya, seringkali fotografer menghadapi banyak kesulitan jika hanya mengandalkan satu alat pengukur atau satu metode pengukuran saja. Misalnya, pengukuran rata-rata (av­erage metering} melalui pengukur cahaya kamera.

Sewaktu membidik foto pemandangan, penguasaan teknik-teknik pengukuran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki. Kondisi cahaya yang berbeda-beda terkadang juga harus dihadapi dengan teknik pengukuran berbeda. Misalnya, pengukuran cahaya rata-rata kamera hanya bisa bekerja cukup optimal pada kondisi kecerahan yang merata (misalnya cahaya depan). Jika terdapat perbedaan kecerahan dalam pandangan kamera, maka ketepatan hasil pengukurannya hampir past! tidak bisa diandalkan, atau tidak bisa dipercaya lagi. Untuk hal ini, kita harus menanganinya dengan teknik pengukuran lain.

Misalnya, pengukuran cahaya jatuh (incident light metering). Tetapi, pengukuran cahaya jatuh juga memiliki keterbatasan. Sebab, kita tidak bisa mengukur keseluruhan perbedaan kecerahan dari yang paling terang sampai pal­ing gelap atau kondisi cahaya khusus dimana terdapat perbedaan ekstrim antara area paling terang dengan yang paling gelap. Dalam keadaan ini, pengukur cahaya titik (spot metering) lebih handal dipergunakan.

Masalah selanjutnya, menggunakan alat-alat pengukur tadi saat memotret bukanlah hal yang mudah. Banyak kondisi cahaya yang sering membingungkan kita, menentukan teknik pengukuran mana yang efektif. Dengan menggunakan teknik pengukuran berbeda pada suatu kondisi cahaya, kita bisa mendapatkan nilai pencahayaan yang berbeda. Atau mungkin juga, kita tetap mendapatkan nilai pencahayaan yang sama. Meskipun, kita berhadapan dengan berbagai kecerahan yang berbeda.

Hal ini memang tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat. Hasil pengukuran dan keputusan pencahayaan yang efektif hanya bisa diperoleh dari pangalaman kerja yang teliti. Pengalamanlah yang akan mengajarkannya kepada kita. Bagaimana bekerja efektif. Bagaimana menghadapi berbagai kondisi cahaya. Bahkan, kondisi yang kurang menguntungkan.

Kepekaan Artistik
Kemampuan lain yang harus dimiliki adalah kepekaan artistik (sense of art). Kemampuan ini juga harus diasah perlahan-lahan. Kepekaan artistik juga terbentuk dalam waktu yang cukup panjang. Melalui pengalaman, fotografer akan paham bagaimana caranya memilih dan menata berbagai bentuk (objek di alam) menjadi suatu gambar yang menawan.

Bagaimana kita mengenal bentuk, ruang , dan penataannya menjadi sebuah gambar harus dipelajari juga secara bertahap. Dari hal yang paling mudah, komposisi yang kompleks, bahkan penampilan yang cenderung abstrak.
Dasar untuk mendapatkan kepekaan artisik ini adalah pengamatan.

Kita harus melatihnya agar dapat melihat suatu subjek atau bentuk dari sudut pandangan yang paling menarik. Meskipun, subjek itu dalam keadaan biasa sehari-hari. Kemahiran dan kemajuan kita atas hal ini sangat tergantung diri kita masing-masing. Karena, pemilihan subjek dan pandangan terbaik terhadapnya tergantung keputusan pribadi.
Kita sendiri yang melihat melalui kamera. Kita jugalah yang harus memutuskan apayang harus ditangkap menjadi gambar. Disamping itu, hasil yang diperoleh juga tergantung pada peralatan dan sistem kerja kita sendiri. Kita bisa menggunakan karya orang lain sebagai referensi kerja. Walaupun begitu, gambar yang terbentuk pada film kita, sekali lagi adalah pilihan dan pertimbangan pribadi.

Sistem Kamera RLT 35 mm
Peralatan pokok memotret pemandangan adalah kamera R LT (ref leks lensa tunggal)/ SLR (Single-lens Reflex) 35mm. Kamera ini dapat dikendalikan secara manual. Untuk mendapatkan hasil foto yang memuaskan dan kreatif, semua proses kerja harus dilakukan secara manual. Artinya, kita mengendalikan tahap demi tahap pembentukan gambar yang diinginkan.

Kamera yang dilengkapi pengukur cahaya titik akan banyak membantu. Dengannya, kita bisa mengukur perbedaan kecerahan pada beberapa area yang ada saat pemotretan.

Sehingga, kita bisa mengetahui, apakah seluruh kecerahan yang ada bisa terekam dengan baik dalam film atau tidak. Jika memiliki pengukur genggam titik, maka alat ini akan sangat membantu kita menghadapi keadaan cahaya yang sulit dan membutuhkan ketelitian pengukuran. Misalnya, cahaya belakang (back­lighting).

Sebenarnya, satu badan kamera saja sudah cukup. Tetapi, saya lebih suka menggunakan 2 badan kamera sewaktu bekerja. Satu sebagai kamera utama, yang lebih sering saya gunakan untuk membidik dengan film slide warna. Sedangkan kamera kedua, menggunakan film negatif warna atau film hitam putih (tergantung keperluan), sekaligus berfungsi sebagai kamera cadangan.

Memilih Lensa
Pemilihan lensa tergantung pada apa yang akan ditampilkan dalam foto. Fotografer pemandangan biasanya hanya menggunakan satu atau dua lensa kesukaannya. Mereka biasanya memiliki cara pandang tertentu, baik bentuk, ruang dan kecerahan. Dengan demikian, mereka cenderung menggunakan lensa yang sama untuk berbagai macam gambarnya.

Sebenarnya tidak ada ada aturan khusus tentang penggunaan lensa untuk membidik pemandangan alam. IMamun, umumnya fotografer lebih banyak menggunakan jenis lensa sudut lebar. Jenis lensa ini bisa menangkap pandangan lebih luas. Dampaknya, kebesaran serta keindahan alam akan lebih terasa.

Jika kita ingin berkonsentrasi pada suatu bentuk atau detail tertentu, mungkin salah satu bagian dari bentangan alamnya atau gejolaknya, maka kita bisa menggunakan lensa panjang (telephoto lens). Ada juga fotografer pemandangan yang menggunakan lensa zoom telefoto 80-200 mm sebagai lensa favoritnya.

Sewaktu memotret pemandangan, biasanya kita membutuhkan kedalaman ruang tajam yang lebih luas, atau kadang ingin menampilkan lebih banyak subjek dalam barisanatau susunan tertentu Untuk keperluan seperti ini, kita bisa menggunakan lensa sudut lebar antara 15-28 mm. Dengan pandangan seluas kira-kira 70 - 110°, maka kita bisa menangkap susunan bentuk bentangan alam yang lebih lengkap. Alhasil, kita bisa mempei-oleh keindahan alam dalam perspektif lebih lengkap.

Lensa 35 mm atau 50 mm bisa juga digunakan, terutama untuk berkonsentrasi pada subjek tertentu atau memperoleh pandangan yang lebih terbatas dari pemandangan tersebut. Saya lebih sering menggunakan lensa sudut lebar 24 mm (super wide-angle lens) sebagai lensa utama. Melalui lensa ini, saya dapat memperoleh luas pandangan memadai, dan berkonsentrasi pada keindahan panorama secara menyeluruh.

Membidik dengan lensa sudut lebar seperti ini, biasanya membutuhkan ketepatan penajaman (focusing). Karena, semua elemen-elemen gambartampil dalam skala sangat kecil. Saking kecilnya, seringkali elemen tersebut tidak begitu jelas terlihat pada jendela bidik, apakah mereka telah mencapai penajaman yang optimal atau tidak.
Lensa telefoto juga bisa memberi dampak lain terhadap pemandangan yang direkam.

Melalui lensa ini, kita bisa membatasi pandangan dan berkonsentrasi pada subjek tertentu saja. Terutama pada hal-hal yang tampil unik.

Sebaiknya, kita membatasi jumlah lensa yang dibawa. Pilihlah lensa-lensa favorit yang akan digunakan saja. Membawa bermacam-macam lensa akan menjadi beban yang berat. Dan juga, akan banyak waktu terbuang untuk memperhatikan dan menjaga semua peralatan yang dibawa. Akibatnya, konsentrasi dan perhatian kita terhadap subjek menjadi berkurang.

Sistem Kamera Sedang & Besar
Jikalau kita ingin mendapatkan kualitas lebih baik lagi, kita bisa menggunakan sistem kamera format sedang (medium format camera). Kamera jenis ini memang didesain untuk memberikan kualitas rekaman gambar yang letaih baik lagi. Format filmnya mulai dari 6 x 4,5 cm sampai 6x12 cm. Lebih besar dari format film 35 mm (24 x 36 mm) yang digunakan pada kamera RLT. Dengan ukuran film yang lebih besar ini, maka lebih banyak detil dan gradasi warna yang mampu ditangkap. Hasilnya, gambar pun mampu tampil dengan detil dan nada warna yang lebih kaya.
Demi mendapatkan kualitas puncak (ultimate quality), mau tidak mau kita harus menggunakan kamera format besar (large format cam­era). Ukuran filmnya lebih besar dari medium format, 4x5 inci (9 x 12 cm) atau 8 x 10 inci (19 x 24 cm). Dengan ukuran film lebih besar, kemampuan pengendalian ketajaman dan pengaturan perspektif yang

Pengukur cahaya Pentax Digital Spotmeter, teknik pengukuran titik.
sempurna, maka kita bisa mendapatkan gambar dengan kual itas rekaman yang luar biasa. Setiap detil dapat direkam mendekati kesempurnaan pandangan mata kita. Sehingga, pemandangan tersebut seolah-olah pindah dan ada di hadapan kita. Banyak fotografer pemandangan yang menggunakan kamera format besar.

Tripod & Filter
Kaki tiga (tripod) merupakan salah satu perlengkapan yang perlu dibawa. Penyangga kamera ini sangat diperlukan saat memotret suasana matahari terbit atau terbenam, serta berbagai keadaan alam sekitarnya. Kondisi cahaya redup saat itu menuntut kita menggunakan kecepatan rana rendah, terutama mereka yang menggunakan lensa telefoto dengan bukaan diafragma terbatas.

Filter juga sering menjadi perlengkapan yang berguna untuk memotret pemandangan. Yang paling utama, filter polarizing, berfungsi untuk mengurangi berbagai refleksi cahaya yang tidak diinginkan. Sehingga, kita bisa memperoleh foto dengan warna-warna lebih jernih dan lebih jenuh. Seperti, memperbaiki tampilan langit menjadi lebih biru atau tampilan air yang lebih jernih di pantai.

Filter lain yang juga berguna adalah filter gradasi (graduated fil­ters). Filter ini dapat menurunkan tingkat kecerahan langit, sehingga bisa direkam film secara baik. Hanya, kita harus berhati-hati memilih dan menggunakan gradasi warna. Supaya, tampilan gambar tidak menjadi aneh.

Film ISO Rendah Lebih Baik
Film warna yang tersedia di pasaran adalah film cahaya siang (day­light), yang memang sesuai untuk pemotretan dengan cahaya matahari. Memang, cahaya matahari yang ada sepanjang hari berubah-ubah akibat perbedaan cuaca. Akibatnya, terjadi sedikit penyimpangan warna pada hasil foto. Tetapi, penyimpangan nada warna ini hanya sedikit sekali, sehingga bisa dikoreksi saatfotonya dicetak. Karena itu, terjadinya sedikit penyimpangan ini seringkali tidak menganggu keindahan fotonya. Bahkan, seringkali fotografer menggunakan karakter cahaya yang ada, meskipun keseimbangannya menyimpang, menjadi faktor yang tnemperkuat suasana serta menjadi ciri khas penampilan gambarnya.

Karena kita lebih sering memotret pemandangan dalam keadaan cahaya alam yang lemah pada pagi atau sore hari, maka lebih menguntungkan jika kita menggunakan film ISO tinggi. Masalahnya, makin tinggi ISO film, makin besar butiran emulsinya. Akibatnya, gambarnya pun semakin kasar. Dalam foto pemandangan, kita membutuhkan rekaman detail kecil secara sempurna. Maka, kekasaran butiran film akan merusak keindahan gambar secara keseluruhan. Penyebabnya, tekstur butiran kadang-kadang tampil lebih kuat dan mengurangi ketajaman gambar.

Karena kita membutuhkan rekaman detail sangat akurat, maka penggunaan film dengan kecepatan (ISO) lebih rendah akan lebih baik demi tampilan gambarnya. Tetapi, film dengan kecepatan rendah (ISO 100 atau lebih rendah) seperti ini membutuhkan cahaya alam yang cukup cerah. Hal ini mungkin menjadi sulit jika kita memotret pada pagi atau sore hari. Sebab, cahaya alam yang ada saat itu terbatas kecerahannya. Kita membutuhkan berbagai peralatan tambahan lain, terutama kaki tiga untuk merekam alam dengan kecepatan rana rendah atau bahkan sangat lambat.

Warna atau Hitam Putih?
Kita bisa menggunakan film apa saja. Film hitam putih dapat menghantarkan karakter alam secara baik. Ini disebabkan, kekuatan tampilan bentuk dan gradasi nada hitam-putih tidak dipengaruhi oleh berbagai warna. Namun, untuk tampilan terbaik, kita harus memahami pemindahan berbagai warna menjadi gradasi hitam-putih lalu menyusunnya dengan serasi.

Menggunakan film warna juga menguntungkan.
Dengannya, kita mampu merekam warna-warna alam yang menarik. Umumnya film ISO 100 merupakan film negatif warna favorit, bahkan dapat dikatakan sebagai fi Im standar memotret pemandangan alam dan berbagai subjek lainnya. Dengan film ISO 100, umumnya kita bisa memperoleh kecepatan rana cukup tinggi, 1/60 detik bahkan sampai 1/500 detik pada bukaan f/5,6 dalam kecerahan cahaya matahari pagi atau sore hari.
Tetapi, jangan takut menggunakan kecepatan yang lebih rendah lagi, jika cahaya alam yang ada memang sangat lemah. Untuk film slide warna, saya lebih suka menggunakan film ISO 100 atau 50. Film dengan peringkat ISO seperti ini mampu memberikan kehalusan gambar yang optimal. Walaupun, kita akan menghadapi banyak sekali kesulitan dengan film ini karena kecepatan rana yang dapat digunakan sangat terbatas. Kecuali, jika cahaya matahari yang ada sangat cerah.

Kita akan sulit mengharapkan foto pemandangan yang bagus hanya dengan mengandalkan kemampuan dasar memotret. Apalagi dengan menggunakan peralatan seadanya. Kondisi alam pun sulit diduga dan dimengerti. Ini berarti diperlukan kemampuan teknis, pengalaman cukup banyak, dan peralatan kerja memadai untuk menghadapi berbagai tantangan ini. Negeri kita ini kaya dengan pemandangan alam, tetapi menambangnya perlu usaha dan kerja keras. Tetapi percayalah, tidak ada usaha yang sia-sia.
Publikasi : Majalah fotomedia
Penulis : Makarios soekojo